Mengenal tentang Rebo Wekasan, Adakah Tuntunan Islam yang Sesuai dalam Menjalankannya?

photo author
- Rabu, 13 September 2023 | 07:23 WIB
Masjidil haram (worldatlas.com)
Masjidil haram (worldatlas.com)

GORAJUARA- Mengenal tentang Rebo Wekasan (Jawa: Rebo Wekasan) adalah tradisi ritual yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, guna memohon perlindungan kepada Allah Swt dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut.

Karena bulan Shafar, sama halnya dengan bulan hijriyah lainnya, maka tanggal itu dihitung sejak matahari terbenam. Karena itu, Rebu Wekasan jatuh pada hari Selasa, dimulai sejak Maghrib.

Bentuk ritual Rebo Wekasan biasanya meliputi empat hal; (1) shalat tolak bala’; (2) berdoa dengan doa-doa khusus; (3) minum air jimat; dan (4) selamatan, sedekah, silaturahim dan berbuat baik kepada sesama.

Baca Juga: Tangkal Pinus Jayagiri Lembang, Destinasi Wisata Camping Nan Unik, Bisa Main Bareng Alpaca di Tengah Hutan

Keyakinan bahwa Rebo Wekasan sebagai hari sial ini didasarkan pada keterangan sebagian ulama tasawuf yang konon melihat turunnya ribuan bala (musibah) pada hari tersebut. Sehingga akhirnya banyak diikuti dan diyakini sebagai sebuah kebenaran. Tasa'um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangkan muslim hingga saat ini.

Namun, ulama berbeda pandangan dalam hal ini. Keyakinan akan turunnya bala itu diperoleh dari sufi yang kasyaf, bahwa pada hari Rebo Wekasan itu, ada 320 ribu bala yang turun untuk setahun, sebagaimana ditulis Syekh Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur.

Konon, amalan ini berasal dari kabar adanya seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) yang mengatakan bahwa dalam setiap tahun pada Rabu terakhir Bulan Shafar, Allah Swt menurunkan 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam bala’ dalam satu malam

Baca Juga: Menulis Ayat Salamun, Amalan Tradisi Rebo Wekasan, Apa Manfaatnya?

Oleh karena itu, waliyullah itu menyarankan Umat Islam untuk shalat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala’ tsb. Tata-caranya adalah shalat 4 rakaat. Setiap rakaat membaca surat al Fatihah dan Surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq dan An-Nas 1 kali. Kemudian setelah salam membaca doa khusus yang dibaca sebanyak 3 kali.

Kepercayaan tentang Rebu Wekasan yang seperti itu, dalam Islam disebut tasya’um atau tathayyur, ada perasaan sial karena sesuatu. Kepercayaan seperti ini membuat seseorang berusaha untuk menangkalnya, yang salah satunya dengan berbagai amalan yang beredar tidak jelas itu.

Syekh Muhammad Abadussalam Khadhar asy-Syuqairi menulis dalam as-Sunan wal Mubdata’at halaman 137. “Orang-orang bodoh membuat suatu tradisi menulis ayat-ayat yang berhubungan dengan salam (selamat), misalnya salaamun ‘alaa nuuhii fiil ‘alamiiin (Selamatlah atas Nuh di seluruh alam/QS ash-Shaffat: 79), di hari Rabu terakhir dari bulan Shafar, yang kemudian tulisan itu direndam dalam bejana-bejana (bak-bak) untuk diminum dan (mandi) untuk diambil barakahnya (bertabarruk) serta dibagi-bagikan kepada khalayak dengan keyakinan akan bisa menyelamatkan dari bencana.”

Baca Juga: Disebut Fadly Faisal Masih Menjalin Hubungan Dengan Rebecca Klopper, Haji Faisal Tegas Soal Prinsip

Menurut almarhum KH Mu’ammal Hamidy, kepercayan seperti itu adalah rusak (fasad), dan menganggap kesialan yang tercela. Merujuk pada berbagai hadits Nabi, Islam sudah tentu melarang semuanya itu.

Dalam Musnad Ahmad dan Bukhari dalam Adabul Mufrad, Rasulullah saw bersabda:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Janitra Achmad

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kapan Nisfu Syaban 2025? Cek Tanggal di Sini!

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:00 WIB