GORAJUARA.com - Salah satu upaya dan ihtiar untuk mencegah pandemi Covid-19, semua sekolah mengeluarkan kebijakan agar peserta didik untuk belajar di rumah (BDR), sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Sekolah menerapkan metode pembelajaran secara dalam jaringan atau daring, sebagai pilihan terakhir, karena dalam kondisi apapun kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak boleh berhenti.
Lalu, efektifkah pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19 ini? Menurut Wakil Kepala SMA Negeri 1 Cileunyi Bidang Kesiswaan, Drs. Tapip Bahtiar, M.Ds., pembelajaran secara daring selama ini banyak kendala yang bermunculan. Salah satunya, dialami bidang kesiswaan yang berkutat dalam pembinaan bidang nonakademis tidak bisa berjalan sesuai harapan.
Pandemi Covid-19, kata Tapip, memang menjadi hambatan dalam pengembangan bidang nonakademis, tetapi kita memiliki prinsip bahwa kreativitas anak, kegiatan anak harus tetap berjalan.
“Pembinaan terhadap siswa harus kami lakukan dengan cara apapun. Slah satunya, jika ada perlombaan yang sifatnya daring kami selalu mengikutsertakan siswa, terutama lomba yang resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Tapip kepada Gorajuara.com belum lama ini.
Menurut Tapip, pihaknya terus mengembangkan ekpresi anak melalui kegiatan bidang ekstrakurikuler, meski dalam perjalanan terkadang mengalami kesulitan, karena siswa tidak bisa datang ke sekolah dengan alasan kesehatan.
“Nah, untuk tetap memberikan ruang ekpresi kepada siswa, baik dalam seni dan sains kami mempunyai program podcast. Kami akan menghimpun kemampuan siswa dan guru di masa pandemi ini melalui kegiatan podcast,” ujar Tapip.
Bidang kesiswaan, tambah Tapip, akan terus menggali potensi-potensi yang lainnya, seperti seni atau olahraga. Contoh, dalam selain wawancara, juga menampilkan siswa yang berprestasi, seperti olahraga, seni, berkarya seni yang sifatnya seni rupa ataupun seni tari, dan musik dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Dalam masa pandemi, tandas Tapip, kami juga menggali pontensi bakat dan minat siswa lainnya melalui kegiatan ekstrakurikuler FIFO, yakni bergerak dalam fotografi dan film. “Kalau ada lomba film pendek yang diselenggarakan secara daring kami selalu mengikutsertakan mereka,” ucapnya.
Pembinaan yang lain yang dilakukan bidang kesiswaan, menurut Tapip, memaksimalkan pada masa pandemi ini dengan mencoba menggelar pertemuan rutin dengan organisasi yang ada di sekolah, seperti OSIS.
“OSIS kita gojlog untuk memberikan informasi, bahwa OSIS merupakan tulang punggung kegiatan pembelajaran di sekolah,” ujarnya.
Demikian juga saya tekankan kepada KM kelas atau ketua ekstrakurikuler, lanjutnya, tanpa peran KM, Ketua ekskul, Ketua OSIS pembelajaran akan lumpuh. Dengan demikian, bidang kesiswaan berserta bidang lainnya untuk memaksimalkan potensi siswa, khususnya yang masuk organisasi.
“Siswa nantinya akan menjadi motor di lapangan, karena kontrol dari para guru akan sulit kalau tidak ada keterlibatan mereka,” pungkasnya.**