GORAJUARA - Bayangkan sebuah pasukan yang terbiasa membunuh hama tikus dengan bambu runcing, harus berhadapan dengan pasukan kavileri bersenjata jarak jauh, bom molotov, tank, sniper dan sebagainya. Untuk memahami ini mari kita bermain analogi.
Ambil satu contoh patogen yang sangat berbahaya, Campak. Perhatikan bagaimana usaha tubuh orang yang belum divaksin dalam melawan campak.
Campak adalah sebuah virus, selayaknya sebuah virus, ia tidak bisa bertahan diluar, sehingga ia butuh sel inang untuk hidup. Untuk bisa mendapatkan sel inang, maka ia harus masuk ke tubuh manusia melalui mata, hidung, dan mulut.
Baca Juga: Gunung Semeru Meletus, Warga Langsung Dievakuasi
Setelah memasuki tubuh manusia, campak akan mulai menyerang paru. Sistem pertahanan tubuh pertama kalian, melihat serangan itu. Disinilah Makrofag bekerja.
Makrofag adalah monster sel raksasa bertubuh besar dan suka memangsa pathogen jahat dan meremukkan tubuhnya lalu menelannya. Karena fungsi inilah, makrofag diletakkan pada garis pertama pasukan.
Namun Campak lebih cepat dari Makrofag. Belum sempat Makrofag menyentuhnya, Campak segera menembakkan protein intinya (DNA) tepat menembus tubuh Makrofag. Inilah proses replikasi genetika, yang selalu umum dilakukan oleh virus.
Baca Juga: Rossi Berbagi Pengalaman dengan Marquez Soal Terjatuh di Arena MotoGP
Merubah tubuh Makrofag, menjadi pabrik ladang untuk memperbanyak dirinya sendiri. Hingga ketika dirasa cukup, ribuan virus Campak baru, akan berhamburan keluar dari tubuh Makrofag dan meledakkannya.
Jika satu makrofag menghasilkan seribu Campak baru, maka kalikan dengan jumlah makrofag disana. Virus keji ini, sedang memperbanyak jumlah pasukan untuk melawan imun kita
Namun imun kita tidak mau kalah secepat itu. Komandan memerintahkan Sel Natural Killer, untuk membunuh Makrofag yang terinfeksi demi mencegah bertambahnya virus Campak.
Ternyata, cara ini efektif untuk menanggulangi Campak, hingga 10 tahun sejak tubuhmu kemasukan Campak, kamu tidak merasakan apa-apa.