GORAJUARA,- Hari lahirnya Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (SAW) biasa disebut Maulid Nabi. Dan, mayoritas kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk di Indonesia selalu memperingati momen bersejarah ini.
Namun, hingga kini masih ada kontroversi tentang peringatan tersebut. Sejumlah ulama ada yang memandang sebagai bid'ah atau bukan bid'ah,
Seperti dikutip dari NU Online, perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam beberapa waktu setelah Nabi Muhammad wafat.
Baca Juga: Posisi Barcelona di Klasemen Liga Spanyol Usai Kalahkan Valencia
Dijelaskan, Maulid Nabi sudah dilakukan umat Islam sejak tahun kedua hijriah. Peringatan tersebut bagi umat muslim adalah penghormatan dan pengingatan kebesaran dan keteladanan Nabi Muhammad dengan berbagai bentuk kegiatan budaya, ritual dan keagaamaan.
Mengungkapkan kegembiraan terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk cerminan rasa cinta dan penghormatan kita terhadap Nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam.
Maulid Nabi menjadi momentum bagi umat Islam untuk mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya ada nilai moral yang dapat dipetik dengan memahami akhlak terpuji dalam kisah teladan Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Wamen Desa PDTT Apresiasi Cakupan Vaksinasi Covid-19 di Wilayah Kota Cimahi
Memperingati Maulid Nabi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Merujuk pada penjelasan al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, perayaan bisa dilakukan di antaranya dengan, membaca Al-Qur'an, memberi makan orang, bersedekah, mengucapkan berbagai pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Hal ini sangat penting diperhatikan bagi orang yang menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi, terutama di Indonesia. Sebaiknya, dengan memperingati Maulid Nabi, kita dapat memetik nilai-nilai positif dari sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad SAW.