GORAJUARA - Kemajuan teknologi dan informasi yang sedang terjadi secara masif, menyebabkan perubahan pola pikir generasi millenial.
Sebelum adanya kemajuan tersebut, dompet tertinggal ketika bepergian menjadi suatu musibah yang sangat besar.
Hal ini bertolak belakang dengan generasi milenial, yang sudah tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Baca Juga: Hadapi PSM Makassar, Ezra Walian Nyatakan Siap Bela Persib, Namun Tergantung Pelatih
Selama ada gadget di tangan, maka uang di dompet tidak dibutuhkan.
Sejak tahun 2013-2014, pemerintah melalui Bank Indonesia menggalakkan suatu kampanye "Gerakan Non-tunai".
Gerakan ini disebabkan oleh membengkaknya biaya produksi, dan pemeliharaan uang konvensional.
Dengan adanya gerakan Non-tunai (cashless), biaya tersebut dapat ditekan seminimal mungkin.
Baca Juga: Bank Indonesia Sebut Ekonomi di Jawa Barat Terkontraksi Cukup Berat Akibat Pandemi Covid-19
Dengan adanya gerakan non-tunai ini, generasi milenial sudah tidak akan khawatir jika dompet tertinggal ketika bepergian.
Pada dasarnya, cashless society ini akan memberikan satu dampak besar pada masyarakat yang ingin berhemat.
Jika kita mengeluarkan selembar uang Rp 50 ribu dan membeli suatu barang seharga Rp 45 ribu, maka sisa kembalian sebesar Rp 5 ribu akan memiliki posibilitas (kemungkinan) yang lebih tinggi untuk langsung dibelanjakan.
Sementara ketika kita menggunakan e-wallet, maka kita akan membayar biaya sejumlah barang yang kita beli.
Baca Juga: Mulai 1 Oktober, Tugas DLHK Kota Bandung Semakin Berat, Ada Apa Ya, Perlu Disimak Nih