Akan tetapi, orang yang mempunyai latar belakang pendidikan terkait dengan pendidikan PAUD dia lebih tepat untuk menulis untuk tulisan akademisi karena dia kaya akan teori.
Baca Juga: Jasad Seorang Pelacur Utuh dan Wangi Setelah Makamnya Dibongkar Usai Dikubur Selama 5 Tahun
Selanjutnya, ada juga yang bertanya tentang bagaimana menerbitkan buku antologi.
Pak Cah, begitu sapaan akrab Cahyadi Takariawan, menjawab bahwa mengajukan naskah antologi harus kepada penerbit yang memiliki editor atau bukan sekadar proof reading.
Dalam hal ini, tugas editor adalah bagaimana agar tulisan enak dibaca, alur logikanya runut dan bukan mengurusi typo, huruf besar dan kecil.
Dalam hal ini, poin yang terakhir tugas seorang proof reader.
Mengedit 1 orang penulis saja lebih mudah daripada mengedit hasil tulisan antologi yang berkumpul sekitar 20 penulis misalnya.
Baca Juga: Telah Ditangkap! Anak Ketua DPRD Ambon yang Lakukan Penganiayaan Terhadap Remaja Hingga Tewas
Kemudian Pak Cah juga menjelaskan bahwa menerbitkan antologi sekarang lebih sulit.
Dalam hal ini, pihak internasional yang mengurus masalah ISBN mengkritik pemerintah Indonesia yang terlewat mudah mengeluarkan ISBN.
Buku yang diberi ISBN adalah buku-buku yang setelah terbit mudah ditemukan di toko buku, di masyarakat.
Dalam hal ini, buku antologi yang hanya untuk kalangan sendiri tidak memerlukan ISBN.
Kemudian buku yang hanya dicetak dalam jumlah sangat terbatas untuk syarat kelulusan juga tidak memerlukan ISBN.
"Pemerintah sekarang lebih berhati-hati terbitkan ISBN. Karenanya penerbit berhati-hati menerbitkan buku antologi," pungkas pak Cah.***