ragam

Hari Raya Nyepi: Ternyata Ini Makna Upacara Pengerupukan dan Parade Ogoh Ogoh Bagi Umat Hindu

Sabtu, 18 Maret 2023 | 06:58 WIB
Masyarakat Bali menggotong ogoh-ogoh pada perayaan nyepi. (Gorajuara/ website/ baligoldentour.com)

GORAJUARA - Hari Raya Nyepi tinggal menghitung hari. Perayaan sakral milik umat Hindu tersebut akan berlangsung pada Rabu, 22 Maret 2023. Berbagai rangkaian acara menyambut Nyepi dipersiapkan oleh masyarakat Hindu.

Sudah diketahui bahwa setiap tahun umat Hindu akan merayakan pergantian Tahun Baru Saka atau yang dikenal dengan Hari Suci Nyepi. Sebagai bentuk hari suci untuk mengembalikan keseimbangan bhuana agung alam semesta dan bhuana alit diri manusia.

Sebelum melaksanakan hari raya nyepi, masyarakat Hindu terlebih dahulu melakukan upacara Pengerupukan. Upacara tersebut merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengusir Buta Kala atau energi jahat dengan menggelar caru tingkat rumah. Biasanya Pengerupukan dilakukan sehari sebelum hari raya nyepi, tepatnya pada saat tilem atau malam bulan mati.

Baca Juga: Peristiwa Bersejarah Bulan Rajab yang Berpengaruh Kepada Umat Muslim, dari Isra Miraj Hingga ...

Dalam melaksanakan Pengerupukan, masyarakat akan menyebar nasi tawur, mengobor-obori rumah hingga seluruh pekarangan. Selanjutnya warga akan melempar atau menaburi rumah dengan biji beras kuning serta memukul benda-benda, biasanya pentungan yang menghasilkan suara gaduh.

Tujuan kegiatan tersebut tidak lain merupakan cara untuk mengusir para Bhuta Kala pada lingkungan pekarangan rumah dan sekitar.

Setelah usai melaksanakan upacara Pengerupukan, masyarakat Bali akan melanjutkan dengan parade Ogoh-ogoh.

Baca Juga: 4 Keutamaan Bulan Rajab yang Wajib Diketahui Umat Muslim

Ogoh-ogoh memiliki arti sesuatu yang digoyangkan, karena pada saat parade, Ogoh-ogoh akan digoyang-goyangkan di perempatan jalan oleh para pemuda yang mengaraknya.

Dalam hal ini, Ogoh-ogoh merupakan sebuah patung dalam kebudayaan Bali dengan menggambarkan kepribadian Bhuta Kala.

Ogoh-ogoh dibuat oleh para pemuda desa di banjar sebelum hari Pengerupukan, pembuatan itu dibantu oleh masyarakat sekitar lewat dana sumbangan. Dalam ajaran Hindu Dharma, Buta Kala merupakan representasi kekuatan alam semesta dan waktu kala yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Baca Juga: Apakah di 'Negara Messi' Ada Umat Islam?

Biasanya Buta Kala digambarkan dengan sosok yang besar dan menakutkan. Selain digambarkan sebagai raksasa, Ogoh-ogoh juga sering dibuat dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di mayapada, surga dan neraka. Seperti naga, gajah, atau burung.

Raksasa disimbolkan dalam Ogoh-ogoh sebagai pemilik sifat buruk dan kejahatan pada kehidupan manusia. Ogoh-ogoh sendiri pada tata cara Bali melambangkan Buta Kala, berdasarkan ajaran Hindu hal itu dinilai sebagai simbol kehancuran yang dipercaya dapat mengganggu kehidupan manusia.

Halaman:

Tags

Terkini