Presiden Soekarno justru melihat Bandung sebagai Kota tempat kelahiran sekaligus tempat tinggal dari istri pertama beliau, yakni Ibu Inggit Garnasih yang merupakan perempuan asal Kota Bandung.
Dalam surat cintanya kepada istrinya tersebut, Presiden Soekarno menyebutkan bahwa “Hanya ke Bandung lah aku kembali kepada cintaku yang sesungguhnya.”
Selain dalam surat cinta kepada Ibu Inggit, Presiden Soekarno juga menunjukkan keindahan Kota Bandung yang identik dengan Marhaenisme kala itu dengan menulis sebuah puisi yang mana salah satu isinya bertuliskan,
“dan aku ingin rumahku yang terakhir ini terletak di daerah priangan (Bandung) yang sejuk, bergunung-gunung dan subur, dimana aku pertama kali bertemu dengan petani Marhaen.”
Dalam hal ini, Marhaen adalah seorang petani yang menjadi simbol kemiskinan dan kesengsaraan yang diakibatkan kolonialisme (marhaenisme), yang menjadi sumber pikiran Bung Karno dalam menuliskan kutipan mengenai Kota Bandung.***