parawisata

Kisah Kelam di Balik Museum Sejarah Jakarta, Telah Berdiri Sejak Tahun 1707

Selasa, 3 Oktober 2023 | 18:15 WIB
Kisah kelam di balik Museum Sejarah Jakarta. (Gorajuara/ Youtube/ TRANS7 OFFICIAL)

GORAJUARA - Menjadi destinasi wisata favorit di ibu kota, kawasan Kota Tua, Jakarta lekat dengan coretan sejarah yang menjadi magnet bagi wisatawan.

Kental dengan arsitektur masa kolonialnya, Museum Fatahillah dulunya berfungsi sebagai balai kota dan gedung pengadilan.

Dilansir Gorajuara dari YouTube TRANS7 OFFICIAL di tayangan SECRET STORY, pada 25 Juli 2023, dari balik jendela lantai dua gedung ini, para hakim Belanda menyaksikan secara langsung detik-detik eksekusi terpidana mati.

Baca Juga: Keindahan Wisata Ziarah Makam Sunan Sendang Duwur yang Jarang Orang Tahu

Pada masa VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) berkuasa orang tidak bersalah pun bisa menjadi korban, tewas di tangan tukang jagal pengadilan.

Kini pemandangan di depan Museum Sejarah Jakarta telah berubah total.

Baca Juga: Kuy Lihat Kebun Jati Pancawati Bogor, Tempat Wisata dengan Camping Ground di Tengah Rimbun Pohon Jati

Banyak para wisatawan yang datang berkunjung seakan menutup kisah kelam yang pernah terjadi.

Gedung balai Kota Batavia yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta, didirikan sejak tahun 1707 atas perintah Gubernur Jenderal Joan Van Hoorn.

Sebelumnya berdiri megah di bagian timur Kali Besar, namun dibongkar demi menahan serangan pasukan Sultan Agung dari Mataram.

Baca Juga: The Farm Pancawati, Tempat Wisata di Bogor dengan Kolam Renang Ramah Anak dan Camping Ground

Selain gedung Balai Kota yang menjadi pusat pemerintahan dan administrasi Belanda, ada satu bangunan penting yang menjadi penanda titik nol Batavia.

Berdiri gagah setinggi 18 meter, menara yang berada di wilayah Jakarta Utara ini pernah berperan vital sebagai penanda masuk dan keluarnya kapal yang melalui pelabuhan Sunda Kelapa.

Sejak dibangun tahun 1839 lalu menara dijadikan tempat pengukuran jarak dan waktu.

Uniknya keterangan yang menjelaskan sejarahnya itu tertulis pada dua buah prasasti berbahasa Cina.

Halaman:

Tags

Terkini