GORAJUARA – Kasus tragedi Kanjuruhan yang terjadi setelah laga Arema vs Persebaya dalam lanjutan BRI Liga 1 pekan ke-11 telah menewaskan banyak korban.
Sebelum terjadinya tragedi Kanjuruhan, Arema Malang kembali mengalami kekalahan di kandang. Kali ini, yang mengalahkan mereka adalah Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
Hingga kini, total yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya sebanyak 127 orang. Selain itu, Tim Gorajuara juga mengumpulkan enam fakta terbaru mengenai tragedi ini.
Baca Juga: Kerusuhan Suporter di Stadion Kanjuruhan Malang: Seperti Apa Regulasi FIFA Mengenai Gas Air Mata?
1. Kekalahan menjadi pemicu kericuhan
Kekalahan Arema di hadapan publik sendiri oleh Persebaya Surabaya yang merupakan rival abadi mereka menjadi penyebab awal para suporter nekat lari dan masuk ke lapangan. Tak hanya itu saja, beberapa fasilitas di stadion pun jadi rusak.
2. Penggunaan gas air mata oleh aparat
Pihak aparat menggunakan gas air mata untuk melerai kericuhan tersebut. Namun, hal itu tidak efektif dan justru malah membuat keadaan terlihat lebih runyam. Banyak para suporter terkena efek dari gas air mata ini.
Selain itu, FIFA juga telah melarang untuk menggunakan gas air mata dalam stadion.
3. Korban yang awalnya 127 bertambah jadi 153
Akibat kericuhan di dalam stadion yang melibatkan suporter, aparat, dan panitia pelaksana, korban pun terus berjatuhan. Awalnya, korban meninggal ada 127 orang.
Namun, hal itu kembali bertambah menjadi kurang lebih 153 orang yang tewas, sebagaimana dikutip Gorajuara.com dari berbagai sumber. Korban yang tewas masih berpotensi bertambah.