GORAJUARA - Lemahnya daya ingat memang jadi masalah. Karena lupa jadi dinilai bodoh, tidak perhatian, tidak profesional dan seterusnya.
Bila lupa dikaitkan dengan dunia pendidikan dianggap bodoh. Jika lupa nama orang, lupa hari lahir pasangan, bisa dinilai tidak perhatian. Bila dikaitkan dengan dunia atau rekan bisnis, bila lupa bisa dinilai tidak profesional.
Tahukah teman-teman kisah daya ingatnya Imam Bukhari? Oh ya, tahu kan Imam Bukhari? Itu loh perawi hadits yang menuliskan Hadits Shahih Bukhari selama 16 tahun lamanya. Jika ingin tahu lebih banyak silahkan searching Mengenal Sosok Imam Bukhari Sang Penyusun Kitab Shahih Selama 16 Tahun.
Baca Juga: Jadi Trending di Twitter, Klitih Justru Bikin Warga Yogyakarta Ketakutan
Baca Juga: Aksi Klitih Kembali Marak di Yogyakarta, Psikolog Ungkap Faktor Penyebabnya
Suatu ketika Imam Bukhari berkunjung ke Baghdad. Para ahli hadits mendengar berita kedatangan Imam Bukhari. Mereka sepakat ingin menguji daya ingat, hafalan sang imam.
Mereka mengumpulkan seratus hadits. Mereka mengacak matan dan sanad ke seratus hadits tersebut. Matan hadits yang satu dimasukkan ke hadits yang lain. Sanad hadits yang satu dimasukkan sanad hadits yang lain.
Matan adalah teks hadits. Sedangkan sanad adalah jalur periwayatan sebuah hadits dari Rasulullah disampaikan kepada para sahabat Rasulullah. Dari para sahabat disampaikan atau didengar para tabi’in (generasi yang hidup bersama sahabat Rasulullah).
Baca Juga: Ingin Mudik Lebaran? Berikut Syarat Pelaku Perjalanan Dalam Negeri yang Wajib Kamu Ketahui
Baca Juga: Awas Jangan Lupa Berikut Link dan Cara Pengecekan Hasil SNMPN 2022
Dari generasi tabi’in disampaikan/didengar oleh generasi Tabi’ tabi’in dan seterusnya hingga imam Bukhari. Lalu mereka membagi hadits-hadits yang sudah diacak itu ke sepuluh orang.
Masing-masing orang memperoleh sepuluh hadits. Mereka pun mengundang imam Bukhari di hari dan tempat yang sudah ditentukan.
Hari H yang telah ditentukan pun tiba. Banyak orang hadir dalam majelis itu, bahkan ada yang datang dari Khurasan. Kemudian salah seorang dari kesepuluh orang itu datang menemui imam Bukhari.
Dia menanyakan satu per satu hadits yang sudah diacak matan dan sanadnya. Setiap dia menanyakan hadits itu dan juga statusnya, imam Bukhari menjawab, “Saya tidak mengetahuinya,”