GORAJUARA - Di dalam agama, ada beberapa paradigma antara agama dan sains yang harus diperhatikan.
Paradigma tersebut adalah memberlakukan mekanisme keilmuan dalam memahami agama islam dan dalilnya.
Allah pernah menjelaskan dalam QS. An-Nahl : 125 yang berarti Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Baca Juga: Piala AFF 2020: Gagal ke Semifinal, Legenda Timnas Malaysia Ini Salahkan Federasi dan Pengelola Liga
Ayat ini memerintahkan kita untuk menyebarkan agama dengan 3 syarat, yakni menyebarkan dengan hikmah (menggali kedalaman dengan jelas dan bijaksana), disampaikan dengan cara yang baik (agar mudah diterima oleh orang yang menerima ajaran agar lebih efektif dan efisien), beradu argumentasi dengan cara yang baik (kita diperbolehkan untuk berdebat dalam agama dan tidak ikut-ikutan dalam beragama. Hal ini karena setiap hal apapun yang kita lakukan harus kita pertanggungjawabkan).
Dalam beragama, kita tidak boleh mengklaim bahwa kita adalah orang yang paling benar, karena Allah lah yang mengetahui siapa hamba-Nya yang tersesat dan tidak.
Di samping itu, paradigma dalam sains, ada beberapa hal yang dijadikan dasar dalam mendalaminya, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
Baca Juga: Waspada, Varian Omicron Mengancam, di Indonesia Kasusnya Terus Bertambah
Baca Juga: Trik-Trik Membuat Latar Belakang dan Rumusan Masalah dengan Mudah dalam Menyusun Skripsi Atau KTI
1. Mempelajari alam semesta
2. Dikembangkan oleh para ilmuwan, bersandar kepada kemampuan ilmuwan dalam memahami fenomena alam
3. Rujukan dalam sains adalah kesepakatan para ilmuwan.