GORAJUARA - Setelah kurang lebih satu bulan umat muslim berpuasa, lalu hikmah apakah yang dapat diambil dari bulan penuh rahmat tersebut? apakah kadar ketaqwaan sudah bertambah?
Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan hikmah disyariatkannya ibadah puasa yang agung berupa perealisasian ketakwaan, sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (Al-Baqarah : 183).
Baca Juga: Bidadari Surgamu Episode Selasa 18 April 2023, Saksikan Malam Ini Via Live Streaming SCTV
Oleh karena itu, seorang muslim selayaknya menghayati keberadaan bulan puasa sebagai madrasah imaniyyah, yang mentarbiyyah seseorang yang berpuasa untuk mudah melakukan amal shaleh dan ibadah serta bersungguh-sungguh menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan.
Berkata Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr hafizhahullah: "Oleh karena inilah, ulama menyebutkan bahwa diantara tanda-tanda diterimanya ibadah puasa dan shalat tarawih adalah keadaan seorang hamba menjadi baik (bertakwa) pasca Ramadhan."
Jika keadaannya sebelum Ramadhan buruk (banyak maksiat), maka sesudahnya menjadi baik, sedangkan jika sebelum Ramadhan keadaannya baik , maka sesudahnya menjadi semakin baik, hal ini termasuk tanda-tanda kebaikan.
Baca Juga: Namira Masih Berusaha Membuat Denis Menceraikan Sakinah, Bidadari Surgamu Semakin Rumit
Adapun jika buruk keadaannya pasca Ramadhan, ia dapati dirinya suka maksiat dan dosa serta suka menelantarkan ketaatan dan kewajiban-kewajiban, maka ini bukanlah termasuk tanda-tanda kebaikan.
Karena itu, termasuk perkara yang dituntut untuk dilakukan sesudah Ramadhan adalah seseorang bersungguh-sungguh untuk terus melakukan kebaikan, seorang Salafus Shalih mengatakan :
Seburuk-buruk manusia adalah orang yang mengenal Allah hanya pada bulan Ramadhan saja.
orang tipe ini rutin melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah pada bulan Ramadhan, namun ketika keluar dari bulan Ramadhan, di tinggalkanlah banyak dari kewajiban-kewajiban tersebut, ia mulai banyak melakukan kemaksiatan-kemaksiatan.
Oleh karena itulah, sungguh merugi orang yang sesudah Ramadhan tidak bisa menjaga keistiqomahan dalam beribadah kepada Allah Ta'ala.