GORAJUARA - Cerita ini ngintip dari Mugia Disa Pradnya yang telah tinggal dua tahun di Jerman. Seperti biasa suka kepo sama anak-anak yang pengalaman tinggal di luar negeri.
Selama di Jerman Disa tinggal sama keluarga orang Jerman. Disa tinggal di rumah orang Jerman seperti dengan keluarga. Disa seperti punya adik, tugasnya antar jemput anak sekolah.
Berikut adalah sedikit cerita bagaimana pendidikan dasar di Jerman. Tiap hari Disa mengantar bulak balik anak ke sekolah dengan jalan kaki bersama anak.
Baca Juga: Disa Dua Tahun Di Jerman, Tiba-Tiba Ingin Pulang...
Sekalipun masih di sekolah dasar, anak di Jerman biasa berangkat sekolah jalan kaki. Dari rumah ke sekolah jaraknya dua kilo meter.
Jadi setiap hari, anak sekolah dasar di Jerman biasa jalan kaki ke sekolah. Tiap hari pulang balik dari rumah ke sekolah kurang lebih empat kilo meter tiap hari.
Disa mengatakan, di Jerman anak-anak di sekolah taman kanak-anak full bermain. Tidak ada pelajaran membaca atau berhitung.
Baca Juga: Ciri-ciri Kompetensi Kepribadian Guru Kompeten
Pada saat masuk sekolah dasar, anak-anak di kelas satu baru diajarkan huruf. Mereka diajarkan mulai dari satu per satu huruf.
Satu huruf diulang-ulang sampai bisa. Pelajaran membaca dan menulis satu huruf bisa sampai satu bulan. Demikain juga dengan pelajaran angka, semua diajarkan dengan teliti satu per satu.
Orang Jerman sangat terkenal dengan ketelitian yang detail. Anak-anak sekolah dasar antara kelas dua dan tiga baru belajar membaca. Pelajaran membaca dilakukan setelah bisa mengenal huruf.
Baca Juga: Kesejahteraan Guru Dalam RUU Sisdiknas
Melihat kurikulum pembelajaran dini dan dasar di Jerman, benar-benar sangat memeprhatikan perkembangan psikologi siswa. Pendidikan dini dan dasar tidak terlalu membebani siswa.
Terbalik di Indonesia, sejak pendidikan dini dan dasar siswa sudah dibebani dengan pelajaran yang sangat berat. Sehingga pada saat pendidikan menengah kadang mereka merasa bosan sekolah.