GORAJUARA - Saatnya kita mengembalikan fungsi pendidikan pada ruhnya. Ruh pendidikan adalah melatih siswa-siswi menjadi warga negara yang baik.
Menjadi warga negara yang baik ditandai dengan siswa mampu hidup sesuai dengan aturan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Siswa-siswi yang mengendarai roda dua harus punya SIM.
Fakta-fakta di lapangan pendidikan kita hampir tidak berfungsi di masyarakat. Pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan terjadi setiap hari.
Baca Juga: Memahami Manajemen Pendidikan... KDM Gubernur Jawa Barat...
Pelanggaran dalam berkendaaraan setiap hari dapat disaksikan, berkendaraan roda dua tanpa helm, SIM, dan STNK. Semakin jauh dari pusat kota pelanggaran ini menjadi suatu kebiasaan.
Jika kita lihat di lingkungan pendidikan, pelanggaraan berkendaraan ternyata memang terjadi. Siswa membawa kendaaraan roda dua tidak punya SIM, knalpot bising dan motor tidak standar.
Prilaku dalam berkendaraan yang terjadi di masyarakat ternyata terjadi di dunia pendidikan. Jika kita bertanya, "sebenarnya apa fungsi pendidikan bagi kehidupan bernegara?"
Kita akui ada faktor-faktor yang bisa dijadikan alasan siswa memakai motor tanpa SIM. Misalnya, karena tidak ada angkutan umum yang melewati sekolah.
Tetapi jika kita menyerah pada keadaan dan solusinya siswa harus melanggar aturan, fungsi pendidikan membentuk warga negara yang baik menjadi tidak ada.
Dulu waktu kendaraan roda doa sulit dibeli, siswa berangkat sekolah jalan kaki sudah biasa. Ketika kendaraan dua mudah dibeli prilaku siswa roda menjadi manja.
Baca Juga: Penyebab KDM Terpilih Jadi Gubernur Jawa Barat... Di Balik Kehendak Tuhan Yang Esa...
Sebenarnya, dalam kondisi apapun jika sekolah mau melahirkan siswa-siswi unggul dalam karakter, mereka harus berlatih bertahan hidup menghadapi kesulitan dengan solusi terbaik.
Solusi terbaik adalah solusi yang mungkin dilakukan dan tidak melanggar aturan. Mau tidak mau, sekolah harus berani memberlakukan larangan untuk siswa menggunakan kendaaran tanpa SIM.