Masih menggunakan bahasa sebaya, yang seharusnya tidak digunakannya pada percakapan dengan orang yang lebih tua.
Contoh lainnya, ketika bertemu dengan Bapak/ Ibu guru di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, banyak yang menghindar, pura-pura tidak tahu, atau bahkan enggan menyapa.
Ini secara sederhana menggambarkan bagaimana kurangnya penerapan nilai akhlak yang dimiliki oleh siswa.
Padahal nantinya, akhlak tersebut punya urgensi untuk dapat diterima di masyarakat, khususnya dalam dunia kerja.
Jika tidak punya akhlak yang baik, maka sekaya apapun atau sepintar apapun akan sulit untuk diterima.
Kalaupun diterima, maka itu hanya semu belaka. Hanya tampak luar saja. Lantaran, tidak pernah ada orang yang nyaman dengan pribadi yang buruk akhlaknya.
Untuk itulah, anak-anakku sekalian, penting kiranya untuk menata akhlak dari sekarang untuk kehidupan di masa mendatang. Supaya hidup lebih bermanfaat bagi diri dan lingkungan.
Akhir kata, semoga pesan Bapak kali ini meninggalkan kesan yang mendalam dan dijadikan bahan renungan, syukur-syukur bila langsung diterapkan. Bapak cukupkan dari sekarang.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.***