ragam

Jejak Toleransi Beragama di Bali Dalam Sastra

Rabu, 31 Agustus 2022 | 07:41 WIB
Toleransi beragama tampak saat ledakan Bom Bali I pada 12 Oktober 2002. Umat dari berbagai agama bahu-membahu melakukan aksi kemanusiaan yang menewaskan 202 orang dari berbagai belahan dunia. (gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)

 

GORAJUARA - Jejak toleransi di Bali juga dapat dibaca melalui karya sastra. Kisah cerita, seperti Sampik - Ing Tay, Cerita Panji dari Jawa, Puisi Tradisional Melayu. Kisah Sampik Ingtay terkenal di Bali dalam konteks hubungan Bali - Cina. Kisah ini muncul dalam beragam versi : prosa dan puisi (geguritan), dan lakon arja/drama. Inti dari kisah Sampik- Ing Tay adalah cinta tak sampai karena miskomunikasi antara Sampik dan Intay.

Akibat salah interpretasi, Ing Tay malah kawin dengan Machun seorang saudagar kaya. Sebelum pernikahannya, Ing Tay minta diantarkan ke kuburan Sampik untuk bersembahyang, dengan alasan Sampik teman sekolahnya. Tiba-tiba kuburan Sampik merekah dan Ing Tay menceburkan diri ke liang kubur. Dari kuburan muncul dua kupu-kupu terbang bermesraan, sebagai adegan simbolik yang mempersatukan Sampik dan Ing Tay atas nama cinta (Putra, 2008 : 129).

Di mana elemen toleransi dari kisah Sampik - Ing Tay ? Pertama, keberterimaan kisah Sampik - Ing Tay dalam masyarakat lokal Bali dalam waktu panjang, sejak zaman pra kemerdekaan hingga reformasi kini. Kisah ini hadir dalam berbagai varian dan selalu mendapat apresiasi dari berbagai golongan generasi. Tokoh-tokoh Cina yang ditampilkan sedikit pun tidak menimbulkkan sikap anti Cina walaupun Orde Baru pernah melarangnya karena pementasan berbau Cina. Uniknya, pementasan Sampik - Ing Tay di Bali tidak pernah dilarang, bahkan mendapat sambutan hangat.

Baca Juga: Ridwan Kamil Menolak Usul Wagub Jawa Barat tentang Poligami untuk Mengatasi HIV AIDS

Inilah yang menjadi ciri pemerlain Bali sebagai daerah pariwisata dengan semangat multikultur mengapresiasi perbedaan mewujudkan SDM Unggul Indonesia maju gorajuara.com/I Nyoman Tingkat untuk mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila.

Kedua, kisah Sampik - Ing Tay memenuhi tiga syarat multikuluturalisme, yaitu adanya interaksi (interaction) antar kelompok, keterbukan (openness), dan pembelajaran (learning). Di dalamnya terimplisit adanya rasa empati, solidaritas, dan keadilan sosial (Putra, 2008 : 122).

Toleransi juga terekspresi dalam Tari Baris Cina, Tari Barong Landung yang disakralkan masyarakat Bali. Lalu, tradisi ngejot ‘berbagi makanan ke keluarga beda agama saat hari raya’, dan tradisi keluarga Tionghoa bersembahyang ke Pura dan keluarga Hindu ngayah ‘mengabdi’ di Kongco milik Cina dan berlangsung berabad-abad adalah bukti sejarah toleransi beragama yang panjang.

Baca Juga: Jagat Arwah Turut Meriahkan Film Horor yang Tayang di Bulan September Ini Catat!

Putra (2019) menyebutkan Bali memiliki rekam jejak toleransi yang baik dan perlu digali disumbangkan kepada harmoni nasional dan Internasional. Kearifan lokal Bali dalam bertoleransi juga dapat ditemukan di Lombok dalam tradisi Islam Waktu Telu di Taman Lingsar. Semua itu bukti toleransi terawat sejak dahulu kala di negeri ini.

Puncak toleransi zaman milenial terjadi ketika Bom Bali I meledak 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang dari berbagai negara dijawab dengan melakukan ritual Karipubaya‘ritual Hindu untuk penyucian alam semesta dengan melibatkan berbagai agama. Nilai universal kemanusiaan dikedepankan jauh dari ujaran kebencian, intoleransi, dan radikalisme.

Solidaritas antarumat beragama dalam peristiwa Bom Bali I adalah wujud nyata dari gerakan ahimsa menurut Mahatma Gandhi. Ahimsa adalah gerakan nir-kekerasan yang dalam bahasa awam disebut tidak membunuh (Gandhi, 2018).

Baca Juga: Dishub Kota Bandung Terus Optimalisasi Alat Penerangan Jalan

Begitulah Bali memaknai toleransi beragama dengan pijakan sastra yang dihidupkan melalui ritual penuh sukacita. Dampak ikutannya menjadi magnet pariwisata dari segala sudut Bali. Padahal, ritual itu murni untuk persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sesuai dengan kearifan lokal : desa, kala, patra.***

Halaman:

Tags

Terkini