GORAJUARA - Selamat Hari Kemerdekaan! Tahun ini, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-79, sebuah momen yang biasanya dirayakan dengan penuh sukacita, kembang api, dan berbagai kegiatan patriotik.
Namun, di balik kemeriahan ini, ada baiknya kita merenung dan mengevaluasi sejauh mana kemerdekaan yang telah dicapai.
Dalam semangat refleksi ini, Jiebon Swadjiwa, seorang penyair milenial, mempersembahkan puisi berjudul "Kemerdekaan di Tengah Penjajahan Terang-terangan Pemerintah".
Puisi ini adalah cermin yang mengajak kita untuk melihat lebih dalam tentang makna kemerdekaan di tengah berbagai tantangan yang masih ada.
Isi Puisi
Kemerdekaan di Tengah Penjajahan Terang-terangan Pemerintah
Di bawah langit yang terbakar, janji kemerdekaan pecah berderak,
Kita merayakan di belantara pagar kawat, terjerat harapan
Yang tersisa hanya suara gema dalam labirin janji palsu,
Di hari ini, 79 tahun yang lalu, hanya menambah luka lama.
Panggung kemerdekaan dibiarkan gelap oleh tirani,
Di atas podium berkilau, wacana penuh warna
Membungkam nyali dengan balutan kata manis,
Sementara rakyat digertak dalam belenggu absurditas.
Di jalan-jalan yang bising, sorak-sorai hampa,
Kami terjaga dalam mimpi buruk yang tak pernah berakhir,
Dengan mata tertutup oleh debu retorika,
Menggali kebebasan di tanah yang tersentuh cuka korupsi.
Apa makna bendera berkibar di angkasa?
Jika di bawahnya, rakyat tercekik oleh rantai yang terpasang,
Bagaimana mungkin merdeka jika setiap napas
Hanya mengisi rongga tenggorokanku dengan desah keputusasaan?
Di tengah denting meriah dan sorak-sorai gelap,
Kami bertanya-tanya pada langit yang membisu:
Apakah benar ini kemerdekaan yang dijanjikan?
Atau hanya ilusi cemerlang di balik cermin retak?
Menyelami Makna Puisi Jiebon Swadjiwa