Tidak hanya sebagai tempat membaca, ruang baca ini juga menjual makanan, minuman, dan barang consignment.
Sejak Februari 2024, mereka aktif mencari pendanaan untuk mendukung operasional dan menambah koleksi buku.
"Pendanaan yang kami dapatkan akan digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perpustakaan," kata Reiza.
Selain menyediakan ruang baca, The Room 19 juga mengadakan berbagai kegiatan menarik seperti diskusi buku, workshop melukis, dan silent reading book party dengan tema bulanan yang berbeda.
Reiza percaya bahwa perpustakaan independen memiliki peran penting dalam mendukung literasi masyarakat.
"Aku percaya bahwa sebenarnya tidak ada orang yang gak suka baca buku, yang ada adalah orang yang belum menemukan buku yang cocok untuk dirinya," ujarnya.
The Room 19 tidak hanya ingin menjadi tempat membaca, tetapi juga ingin menjadi ruang interaksi yang hidup melalui serangkaian aktivitas menarik.
Mereka memilih satu peristiwa menarik setiap bulannya dan mengkurasi buku-buku dengan tema serupa.
"Kami ingin buku tidak hanya diperlakukan sebagai benda mati, tapi sebagai perwujudan dari pikiran," tegas Reiza.
Baca Juga: Salip Presiden Jokowi, Elza Syarief Bentuk TPF Independen Terkait Kasus Vina Cirebon Karena Hal Ini
Ke depan, The Room 19 berencana memperluas ruang baca untuk menampung lebih banyak pengunjung dan membuka ruang khusus untuk quiet room dan area hijau.
Mereka juga berencana untuk aktif berkolaborasi dengan komunitas lokal dan lembaga pendidikan melalui program "Mimbar Ide".
Harapan jangka panjang mereka adalah menjadi inspirasi bagi perpustakaan lain dan berperan dalam pengembangan budaya membaca di Indonesia.