GORAJUARA – Tak jauh berbeda dengan Desa Penglipuran yang ada di Bali, di Tasikmalaya ada Kampung Naga yang mengajarkan bentuk kesederhanaan dan kearifan penduduknya.
Sama halnya dengan Desa Penglipuran Bali, sebagai desa wisata, kamu juga akan melihat arsitektur bangunan hingga jalanan desa yang asri, persis seperti berada di tahun 1950an.
Tak hanya itu saja, adanya aturan seperti melarang penduduk dan pengunjung untuk membuang sampah sembarangan juga menjadi ciri khas dari desa wisata Kampung Naga Tasikmalaya.
Baca Juga: Ini 6 Rekomendasi Tempat Makan Mie Enak di Bandung, Salah Satu Tempatnya Masih Tersembunyi Lho!
Namun berbeda dengan masyarakat Desa Penglipuran Bali, yang sudah mengenal teknologi.
Di Kampung Naga Tasikmalaya, kamu mungkin tidak akan menemukan sejumlah peralatan modern seperti penggunaan listrik, gas elpiji, internet, dan yang lainnya.
Tidak adanya sejumlah alat-alat modern tersebut berkaitan dengan prinsip dari masyarakat adat Kampung Naga itu sendiri, yang melarang semua peralatan modern masuk ke wilayah mereka.
Tak hanya itu saja, larangan menggunakan peralatan modern ini juga secara tidak langsung mengajarkan kesederhanaan dan kearifan di antara sesama manusia.
Selain tatanan rumah yang masih sangat tradisional. daya tarik Kampung Naga Tasikmalaya lainnya yakni jalan yang menghubungkan antar rumah penduduk tersebut masih berupa jalan tanah.
Jika dilihat sekilas, setiap bangunan rumah yang ada di desa wisata yang berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya ini menggunakan material yang hampir mirip antara satu bangunan dan yang lainnya.
Baca Juga: Liburan Praktis dan Ramah Anak di Grand Tjokro Hotel Bandung, Ada Tempat Bermain untuk Anak Lho...
Di mana setiap rumah penduduk Kampung Naga Tasikmalaya merupakan rumah panggung dengan bentuk yang sama, yang menggunakan material dari kayu dan bambu dengan atap terbuat dari ijuk.
Hal unik lainnya yakni setiap rumah yang ada di Kampung Naga tersebut haruslah ditempatkan di atas umpak batu, dengan ketinggian antara 40-60 cm.