GORAJUARA – Anies Baswedan pada tanggal 16 Oktober 2022 secara resmi masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta harus berakhir.
Anies Baswedan tak lupa membagikan momen saat membereskan meja kerjanya dan mengumpulkan buku-buku dan catatan dalam sebuah keranjang.
Dalam momen tersebut tampak raut wajah Anies Baswedan sedih dan haru karena tak terasa Ia sudah 5 tahun memimpin DKI Jakarta.
Baca Juga: Ilham Muhammad, Peraih Juara Pilmapres 2022 dengan 62 Prestasi Nasional dan Internasional
Sembari membereskan meja kerjanya tersebut, Ia juga mengingat kembali memori serta kenangan saat memimpin DKI Jakarta.
Dikutip gorajuara.com dari Youtube Anies Baswedan, beliau membagikan momen saat beres-beres meja kerja.
“Ini adalah buku catatan rapat-rapat saya,” ungkap Anies Baswedan. “Selama 5 tahun pak,” tanya awak media.
“Sebagian. Jadi setiap kali saya ada meeting, ada rapat itu saya punya catatannya. Jadi sebetulnya saya ini tidak pernah menggunakan meja ini untuk duduk. Saya selalu pakai ruang di meja yang satunya. Kenapa? Karena meja ini, itu membuat kalau duduk ada strata, yang duduk di depan inferior, yang duduk disini superior. Tapi kalau pakai meja diskusi itu setara. Jadi meskipun saya duduk dengan kepala dinas, kepala biro, sekda itu setara. Tapi kalau duduknya di sini, itu seperti menghadap. Jadi saya praktis nggak pernah pakai meja ini. Jadi meja ini cuma meja untuk dipakai untuk simpan atau tanda tangan,” ungkap Anies Baswedan.
Dari pernyataan Anies Baswedan tersebut tampak Ia tidak mau meninggikan derajatnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Saat ada pertemuan atau ada kepala dinas dan biro Ia lebih memilih berdiskusi di meja diskusi ketimbang memakai kursi khusus menghadap Gubernur.
Anies Baswedan lebih memilih untuk setara dalam hal berdiskusi soal Jakarta. Karena baginya itu membuat diskusi atau pembicaraan lebih terarah dan tidak ada pihak yang merasa ditinggikan ataupun direndahkan.
Kemudian disela membereskan meja kerjanya, Anies Baswedan juga mengungkapkan kebiasaanya membaca buku, bahkan Ia juga membaca buku harian dari Gubernur Jakarta Belanda saat menjajah Indonesia dulu.
Baca Juga: Kebahagiaan Arya Saloka dan Putri Anne Berujung Malapetaka, Berikut Selengkapnya
“Saya sering pesan begini: jangan sampai pengalaman bekerja di Jakarta itu menempel di badan tidak dituliskan. Karena badan ada umurnya, kalau tidak dituliskan maka pengalaman itu tidak diturunkan kepada generasi berikutnya.”
