MEDAN, GORAJUARA.com – Pembuatan batik Jumputan merupakan salah satu program unggulan yang digulirkan SLB Negeri Angkola Timur, , Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumetera Utara. Bahkan, batik Jumputan karya keterampilan dari siswa sekolah tersebut sudah mampu menghasilkan nilai finansial.
Selain batik Jumputan yang menjadi unggulan, menurut Kepala SLB Negeri Angkola Timur, Nuryaningsih, S.Pd.,M.Pd., ada program lain dalam upaya mendongkrak prestasi siswa, yakni literasi dan olahraga.
“Dalam mengembangkan program literasi di masing-masing kelas dibentuk Satgas Literasi, sehingga siswa terbiasa dengan literasi. Dalam bidang olahraga bocee, bahkan siswa kami mampu berprestasi,” tutur Nuryaningsih kepada Gorajuara.com, Rabu (18/8/2021).
Dijelaskan ia, melalui gerakan literasi ini, baik siswa maupun guru diberikan kesempatan untuk menulis di madding sekolah yang sudah disiapkan oleh Satgas Literasi. “Mereka sangat antusias dan bangga jika karyanya tertera di madding sekolah,” katanya.
Prestasi yang dibukukan siswa-siswi SLB Negeri Angkola Timur, di antaranya:
Juara 1 Lari Tingkat Provinsi tahun 2011
- Juara 2 Lompat Jauh dan juara Lari Tingkat Provinsi 2012
- Juara 1 Lari, juara 1 Balap Kursi Roda Tingkat Provinsi, Lomba Kursi Roda masuk 8 Besar Tingkat Nasional2013
- Juara 1 Lari Tingkat Provinsi, Tingkat Nasional tidak mendapatkan nomor 2014-2015
- Juara 1 Lari Tingkat Provinsi 2016
- Juara 1 Lari Tingkat Provinsi 2017
- Juara 1 Tingkat Nasional Olahraga Bocee SMALB, juara 2 Olahraga Bocee SMPLB dan juara 1 Lari 2018
- Juara 1 Olahraga Bocee SMALB Tingkat Provinsi 2019.
KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI
Sosok Nuryaningsih, selain bersikeras untuk terus memajukan SLB Negeri Angkola Timur dan mendorong agar peserta didiknya, serta gurunya berprestasi, ia pun menjadi tauladan lewat prestasi nyatanya.
Ia telah mencatatkan prestasinya pada tahun 2014 dan 2019 menjadi juara 1 sebagai Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Sumatera utara, dan finalis Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional.
“Isu yang saya angkat pada lomba Kepala Sekolah Berprestasi pada tahun 2014, yaitu mengenai upaya meningkatkan kompetensi guru yang berlatar belakang pendidikan umum dalam memahami anak berkebutuhan khusus melalui workshop berkelanjutan,” ujarnya.
Masalah yang terjadi di SLB Negeri Angkola Timur, katanya, masih ditemukan adanya guru yang berlatar belakang pendidikan umum belum mampu secara baik memahami konsep anak berkebutuhan khusus. Sehingga mereka kesulitan dalam melakukan pembelajaran program khusus yang sesuai dengan tipe dan jenis kekhususan anak berkebutuhan khusus.
Kesalahan dalam pengelompokan jenis kebuhutuhan khusus dalam kelas, dan program pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru yang berlatar belakang umum, menurutnya, tidak bersifat individual. Artinya, layanan pendidikan yang diberikan diberlakukan sama antara anak dengan jenis kekhususan yang berbeda.
“Saya sebagai pembina sekolah berusaha untuk meningkatkan kompetensi, dan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru sebagai dasar upaya mewujudkan tujuan pendidikan, salah satunya adalah kemandirian bagi anak berkebutuhan khusus,” katanya.