GORAJUARA - Menabung saham bukanlah pekerjaan rumit. Namun dibuat rumit oleh orang-orang yang tidak mengerti saham. SMAN 15 Bandung dorong anak-anak nabung saham.
Vier Abdul Jamal mengatakan, orang-orang yang membuat rumit ilmu saham kemungkinan ada dua, pertama dia ingin jualan ilmu saham. Kedua dia telah berbuat kemaksiatan.
Nabung saham seperti orang-orang menabung di bank. Namun karena nabung di bank sekarang tidak lagi menguntungkan, orang-orang berpindah nabung saham.
Baca Juga: Anak SLBN Citeureup Antusias Ikut Launching Gerakan Tujuh Amanah
Sayangnya, banyak orang-orang berkokentar tentang saham padahal dia belum pernah nabung saham. Inilah kemaksiatan, orang yang tidak tahu ilmu saham, tapi berani berbicara saham.
Wajar jika di Indonesia, dari jumlah 270 juta jiwa hanya 8, 3 jutaan yang melek saham. Padahal jumlah penduduk yang besar adalah potensi bagi kekuatan ekonomi negara.
Setelah digeluti ternyata ilmu nabung saham itu adalah sabar. Bedanya nabung saham dengan nabung di bank adalah literasi. Nabung di bank tidak perlu banyak literasi.
Baca Juga: Terdepan, Sekolah-Sekolah Di KCD VII Gagas Gerakan 7 Amanah
Nabung saham harus terus literasi tentang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan agama. Salah satu hal penting yang harus dipelajari adalah kesabaran sebagaimana diajarkan dalam agama.
Nabung saham seluruh aktivitasnya banyak menuntut kesabaran. Sabar mencari tahu saham apa yang layak untuk ditabung. Sabar, kapan waktu yang tepat untuk nabung saham.
Sabar kapan untuk bisa menarik keuntungan dari saham. Sabar untuk berapa lama sahamnya ditabung. Sabar sedikit-demi sedikit menabung saham.
Baca Juga: Mengapa Belajar Harus Membahagiakan? Penting Ini Teorinya...
Nabung saham tidak perlu harus melototi harga saham setiap hari. Nabung saham tidak menggangu orang bekerja. Nabung saham tidak perlu uang puluhan juta.
Dengan kesabaran nabung saham 1 lembar demi 1 lembar, Warren Buffet dari Amerika Serikat bisa membeli perusahaan. Penabung saham terdahulu mulai nabung saham dari usia 11 tahun.