Dia sungkem di hadapan ibunya sambil memegang tangannya.
Betapa terkejutnya dia, mengapa tangan ibunya kasar dan kapalan.
Akhirnya dia pun tahu bahwa ibunya jadi buruh cuci. Dia mencuci dengan kedua tangannya.
Mendengar kisah ibunya, si pelamar merasa bersalah karena ingin melanjutkan kuliah, ibunya harus membanting tulang menjadi buruk cuci.
Dia pun meminta maaf pada ibunya sambil menangis tersedu-sedu.
Keesokan harinya si pelamar kembali datang dan menghadap HRD.
"Mengapa matamu sembab? Apakah semalam engkau habis menangis?" tanya HRD.
Pelamar itu pun menceritakan betapa besar pengorbanan ibunya demi dirinya bisa kuliah.
Tangan ibunya menjadi kasar karena menjalani profesi buruh cuci.
"Karena itulah saya menangis. Merasa bersalah," jelas pelamar
"Ok kamu saya terima kerja di sini. Orang yang pintar itu banyak. Tapi yang bisa menghargai orang lain itu langka," urai HRD ***