Tak hanya dari sisi bahan, proses produksi pada usaha Pelita Lumpang Mas juga menjadi perhatian utama.
Dalam hal ini, Pelita Lumpang Mas memadukan teknologi dan sentuhan tradisional untuk memproduksi sambal pecel.
Salah satu contohnya adalah pada proses pengolahan kacang tanah yang dilakukan dengan cara dioven.
Hasilnya, sambal pecel menjadi lebih sehat, rendah minyak, bahkan dapat bertahan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet.
"Beberapa proses tetap kami lakukan secara manual untuk menjaga kualitas rasa.
"Misalnya, proses pencampuran bumbu yang masih menggunakan lumpang, sesuai dengan filosofi nama merek kami," jelas Sri.
Transformasi usaha dari Pelita Lumpang Mas tersebut tidak lepas dari peran BRI lewat program pemberdayaan UMKM.
Sejak tahun 2020, Sri aktif mengikuti pelatihan yang diinisiasi oleh BRI, termasuk grup pelatihan dan expo yang mempertemukan pelaku UMKM dengan pembeli asal mancanegara.
Puncaknya terjadi pada event BRI UMKM EXPO RT pada tahun 2025, di mana Pelita Lumpang Mas berhasil meraih juara kedua dan mencatat lonjakan pembelian produk yang signifikan.
"Program pemberdayaan BRI benar-benar membuka banyak peluang bagi pelaku UMKM seperti kami.
"Harapan saya, program ini terus diperkuat dan menjangkau lebih banyak pelaku usaha di seluruh Indonesia," ungkap Sri.
Terkini, Pelita Lumpang Mas setiap bulannya mampu memproduksi hingga 20 ribu kemasan sambal pecel dengan harga rata-rata Rp45 ribu per unit.