GORAJUARA,- Membicarakan aib orang lain atau biasa diistilahkan dengan ghibah adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam.
Allah SWT berfirman, “Janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?” (QS Al-Hujuraat (49):12)
Aktivitas menjadi semarak dengan seiringnya bertebarannya acara infotainment di TV-TV swasta. Tidak terbayang bila tekhnologi saat ini sudah ada di zaman Nabi Yusuf.
Baca Juga: LGBT Jadi Trending Lagi di Sosmed, Warganet Ramai Adu Pendapat: Gue Masih Inget Tuhan
Baca Juga: Penasaran Ingin Nonton Jakarta Vs Every Body, Ini Caranya dan Dapatkan Link Streamingnya Gratis!
Tidak ada tekhnologi saja, berita Zulaikha yang menggoda nabi Yusuf pun sudah tersebar. Para wanita di sana membicarakan perilaku Zulaikha.
Dalam buku Romantika Yusuf, karya Amru Khalid, dijelaskan bahwa tersebarnya berita Zulaikha dan banyak wanita yang membicarakannya menunjukkan rendahnya moral rakyat saat itu. Ditandai dengan maraknya ghibah.
Ghibah atau membicarakan aib orang lain dengan atau tanpa tekhnologi. Bertemunya dua orang yang saling mengenal saja, sudah cukup untuk diwaspadai terjadinya ghibah. Karena tidak mungkin ghibah seorang diri, tanpa ada lawan bicara.
Baca Juga: Penasaran Ingin Nonton Jakarta Vs Every Body, Ini Caranya dan Dapatkan Link Streamingnya Gratis!
Selama orang masih hidup, aib dan keburukannya jadi obyek pembicaraan. Begitu wafat, saat belangsukawa ke rumahnya, hampir tidak ada aib dan keburukannya yang dibicarakan. Semua kebaikannya teringat kembali dan jadi perbincangan. Keahliannya, kepandaiannya dibicarakan banyak orang.
Apakah membicarakan aib orang lain baru berhenti ketika orang tersebut wafat? Bukankah selain memiliki aib dan kekurangan, dia juga punya kelebihan, punya keterampilan yang bisa jadi pengganti pembicaraan aibnya?
Kebiasaan bicarakan aib orang lain ini harus dihentikan. Jangan dibiasakan, apalagi jadi habbit alias kebiasaan. Khawatir akan terbawa-bawa hingga bulan Ramadhan.