GORAJUARA - Abdurrahman bin Auf r.a bercerita:
"Suatu hari aku mengikuti Nabi. Kulihat beliau memasuki kebun kurma . Tiba tiba beliau bersujud.
Aku pun mununggu sujudnya yang lama sehingga aku khawatir beliau telah meninggal. Maka aku datang menatapnya lekat lekat. Beliau langsung mengangkat kepala. " Ada apa, abdurrahman?"
"Wahai Rasulullah, kau letakkan kepalamu disini lama sekali, aku khawatir engkau telah meninggal. Bahkan aku berkata dalam hati, "aku tidak akan berjumpa dengan Rasulullah."
Baca Juga: Waktu Dhuha, Shalatnya Kaum Awwabin
Beliau SAW menjawab, "tadi ada utusan tuhan medatangiku. Ia berkata, "maukah kau kuberitahu sebuah kabar gembira?" Allah berkata: "siapa bersholawat untukmu 1 kali, Allah bersholawat untuknya 10 kali".
Nabi bersujud dan meratakan dahinya yang mulia dengan tanah. Mengapa beliau melakukan itu? Mengapa beliau gembira itu?
Gembira bukan karena beliau dikirimi sholawat. Beliau gembira dengan sholawat yang Allah curahkan untuk kita.
Baca Juga: Makin Aduk Emosi Penonton, Series 'Layangan Putus' Ternyata Diangkat dari Kisah Ini
Baca Juga: Mario Suryo Aji Wakili Indonesia Pada Moto3 2022 Mendatang
Ibnu Athoillah mengomentari hadist itu dengan ulasan yang menggetarkan hati kita: "seandainya sepanjang hidup engkau melakukan amal ketaatan, lalu Allah memberi 1 sholawat saja, tentu 1 sholawat itu lebih berat daripada semua amal ketaatanmu selama hidup.
Sebab, engkau bersholawat sesuai dengan kapasitas kemampuanmu, sementara Allah bersholawat sesuai dengan sifat ketuhanan-nya. Ini baru 1 sholawat. Lalu, bagaimana jika Allah bersholawat untukmu 10 kali atas setiap 1 kali sholawatmu atas Rasul?"
Allahumma shalli'ala Sayyidina Muhammad
Wa'ala ali Sayyidina Muhammad.***
